Rabu, 23 Agustus 2017

Polusi Udara Bisa Sebabkan Kantuk dan Lemas

LSM lingkungan Greenpeace mengatakan bahwa kualitas udara di Jakarta adalah salah satu yang membahayakan kesehatan warga negara. Hal ini serupa dengan pemantauan kualitas udara yang dilakukan oleh Kedutaan Besar AS yang mengukur konsentrasi PM2.5 pada bulan Mei-Juli 2017.

Menurut Ahmad Safrudin, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Utama, hal itu mempengaruhi udara yang dihirup orang setiap hari. Katanya, saat seseorang merasa kendur atau mengantuk saat mengemudi adalah karena keracunan polusi udara.

"Bila seseorang merasa lesu bukan karena kantuk, tapi karena keracunan akibat polusi udara," katanya usai berdiskusi mengenai kualitas udara yang buruk di Jabodetabek di Plaza Indonesia di www.sehat-ituaku.com Jakarta Pusat, Minggu (30 / 7).

Ahmad mengatakan keracunan itu karena karbon monoksida. Pada tahap yang rendah, orang yang menghirup karbon monoksida biasanya akan mengalami alergi dan kelemahan serta rasa kantuk.

"Seseorang yang menghirup karbon monoksida alergi terhadap efek kantuk dan kelemahan, tapi jika dosisnya meningkat, maka secara alami akan pingsan," katanya.

Sebenarnya, kata Ahmad, efek keracunan jangka panjang bisa mengakibatkan kematian. Itu biasanya karena terlalu banyak racun yang terkandung di dalam tubuh.

Tak hanya pengendara motor, kata Ahmad, seorang pengendara bisa mengalami keracunan karbon monoksida tujuh kali saat berada di dalam mobil. Hal ini terjadi jika jendela mobil saat terbuka dan kemudian ditutup lagi.

Karbon monoksida akan bersifat stasioner dan akan diputar di ruang kendaraan yang menggunakan AC (AC).

Ahmad mencontohkan, seseorang yang tinggal selama 15 menit di jalan akan merasa lemas. Namun, biasanya dihakimi hanya dengan merasa haus atau mengalami dehidrasi. Padahal, ketimpangan itu akibat menghirup polusi udara yang mengandung karbon monoksida.

Ketika seseorang merasa kendur, Ahmad mengatakan bahwa ia harus mencari tempat yang sejuk seperti ruang hijau terbuka. Penggunaan masker, katanya, bisa membantu tapi tidak sepenuhnya.

"Jika dosis karbon monoksida yang Anda hirup meningkat, Anda mungkin pingsan, untuk mendinginkannya, Anda harus dibawa ke tempat terbuka hijau, untuk menghirup udara segar," katanya.

Berdasarkan data terakhir Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menunjukkan bahwa infeksi akut pada penyakit pernafasan bagian atas adalah kasus terbesar di beberapa kabupaten di Jabodetabek.

Seperti di Cengkareng hingga 2.676 kasus, Duren Sawit 2789 kasus, kasus Matraman 2150, Kalideres 2078 kasus, Cempaka Putih 1216 kasus, Pademangan 1268 kasus hingga Cilincing 1058 kasus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar